Terlepas dari
fakta pro dan kontra layaknya Papa Dali menyandang gelar best father,
berdasarkan pengamatan sebagian kalangan, kemungkinan julukan tersebut muncul
dari fenomena fatherless di Indonesia. Sesuai namanya, fatherless
mengacu pada kurangnya kehadiran ayah dalam pertumbuhan anak, baik secara fisik
maupun emosional.
Kebersamaan mendiang Papa Dali bersama putrinya. Foto: Liptan6,com
Sungguh miris, berdasarkan
data BPS, yang diolah Kementerian PPPA, menunjukkan ada sebanyak 8,3% anak yang
hanya tinggal bersama ibunya pada 2018. Angka itu meningkat sekitar 2-3% dari
sembilan tahun sebelumnya. Sementara, ada pula keluarga yang mengalami kondisi
sebaliknya, sehingga anak tinggal bersama ayahnya. Persentasenya tercatat
sebesar 2,5% pada 2018, atau tiga kali lebih rendah dari anak yang tinggal
bersama ibunya. Adapun, data terbaru BPS yang diolah Kementerian PPPA hanya
menyebutkan persentase anak yang tidak tinggal bersama kedua orang tuanya,
yakni 3,8% pada 2021. Data tersebut tak lagi membedakan antara anak yang
tinggal bersama ibu atau ayah kandungnya.
Selain itu, peran
ayah dianggap minim dalam pengasuhan anak di Indonesia, karena jarang ada di
rumah karena terlalu sibuk mencari nafkah. Akibatnya beban pengasuhan anak hanya
ditanggung ibu.
Peran laki-laki
dalam keluarga, baik ia sebagai suami ataupun sebagai ayah, memang kerap
terlupakan. Tak heran jika ada pihak yang menyudutkan Islam, yang menilai
terlalu banyak memberi aturan kepada perempuan. Padahal, sesungguhnya tidak
sedikit hadis-hadis Rasul yang mengatur tentang peran ayah dan suami. Ini
artinya banyak ladang pahala yang bisa diraih kaum laki-laki baik sebagai suami
atau ayah. Sebagaimana banyaknya ladang pahala juga yang diberikan kepada kaum
perempuan apakah sebagai ibu atau istri dalam rumah tangga ketika ia
melaksanakan aturan-aturan yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan.
Dalam pandangan
Islam, seorang ayah pun memiliki peran yang besar dalam membentuk keluarga
bahagia dan mewujudkan generasi tangguh sebagaimana pentingnya peran ibu. Laki-laki
(suami dan ayah) terbaik menurut Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, di
antaranya adalah:
Memperlakukan
keluarga dan pasangan dengan baik.
Ilustrasi peran ayah dalam keluarga. Foto: Amazing Sedekah/Canvapro
Banyak hadis
Rasulullah saw. yang menjelaskan bagaimana pergaulan beliau dengan keluarganya,
di antaranya sabdanya, “Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik
perlakuannya kepada keluarganya. Aku adalah yang terbaik di antara kalian dalam
memperlakukan keluargaku.”(HR At-Tirmidzi)
Memberi
nafkah yang layak bagi istri dan anak-anaknya.
Islam telah
memberikan tanggung jawab kepada seorang laki-laki untuk menafkahi orang-orang
yang menjadi tanggungannya, termasuk istri dan anak-anaknya. Allah Subhanahu Wa
Taala berfirman, “Kewajiban
ayah untuk memberi makan dan pakaian kepada para ibu secara layak. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (QS
Al-Baqarah : 233)
Selalu
memperlakukan istri dengan baik.
Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam menyebut seorang suami yang memperlakukan istri dengan baik,
sebagai orang yang sempurna imannya, sebagaimana sabdanya, “Paling
sempurnanya orang-orang beriman yakni orang yang baik akhlaknya dan sebaik-baik
kalian adalah orang yang paling baik pada istrinya.” (HR Tirmidzi)
Dekat dan
lemah lembut dengan anak.
Seorang laki-laki
harus memenuhi hak istri dan anak-anaknya, melindungi mereka, mengenakan
perhiasan akhlak yang mulia, penuh kelembutan, dan kasih sayang terhadap
mereka. Sikap lemah lembut ini merupakan rahmat dari Allah Swt. sebagaimana
kalam-Nya ketika memuji Rasul-Nya yang mulia, yang artinya, “Karena
disebabkan rahmat Allahlah engkau dapat bersikap lemah lembut dan lunak kepada
mereka. Sekiranya engkau itu adalah seorang yang kaku, keras, lagi berhati kasar,
tentu mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (TQS Ali
Imran: 159)
Rasulullah saw.
adalah contoh terbaik bagi umat Islam dalam memperlakukan anak-anak dengan
baik. Rasulullah memberikan banyak teladan dalam pergaulannya dengan anak-anak.
Dalam Al-Qur’an
sendiri tercatat kisah seorang ayah yang spektakuler dan familiar bagi kaum
Muslimin. Tiada lain adalah Luqman al-Hakim. Allah Subhanahu Wa Taala
mengabadikan namanya menjadi nama salah satu surah dalam Al-Qur’an, yaitu Surah
Luqman. Nasihat-nasihat bijaksananya kepada sang anak terdapat pada rangkaian
ayat di dalam QS Luqman ayat 12-19, yakni sebagai berikut:
Anjuran
bersyukur, ada dalam
Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12 berbunyi, "Dan sungguh, telah Kami
berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah! Dan
barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
dirinya sendiri, dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya, Maha Terpuji."
Larangan
untuk menyekutukan Allah,
termaktub dalam Al-Qur’an Surah Luqman ayat 13, "Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Ku lah kembalimu."
Anjuran berbakti
kepada orang tua, terdapat
dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 14, "Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah
kembalimu."
Masih terkait berbakti kepada orang tua, nasihat
Luqman ada pada Al-Qur’an surah Luqman ayat 15, “Jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang
itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku
kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan.”
Ada pula penanaman
kesadaran kepada anak bahwa manusia selalu berada dalam pengawasan Allah.
Ini terdapat dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 16, "Hai anakku,
sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam
batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui."
Al-Qur’an Surah
Luqman ayat 17, berisi tentang perintah mendirikan sholat, ber-amar ma'ruf
nahi munkar, dan anjuran bersabar. "Hai anakku, dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)."
Ilustrasi peran Ayah mengajari anaknya sholat. Foto: Amazing Sedekah/Canvapro
Larangan
bersikap sombong, ada dalam
Al-Qur’an Surat Luqman ayat 18, "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri."
Nasihat agar bersikap
tawadhu', termaktub dalam Al-Qur’an Surah Luqman ayat 19, "Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
Salah satu kisah hikmah dari Luqman yang cukup temasyhur adalah
ketika Lukman dan anaknya pergi menuju pasar dengan seekor keledai. Awalnya,
Luqman naik ke punggung keledai, sedangkan si anak mengikutinya dengan berjalan
kaki.
Luqman dicibir
orang, karena membiarkan anaknya berjalan, sedangkan ia naik keledai. Akhirnya,
Luqman memilih turun dan menaikkan anaknya ke punggung keledai. Ketika
melanjutkan perjalanan, orang kembali nyinyir bahwa sang anak kurang
ajar karena membiarkan ayahnya berjalan kaki.
Luqman pun naik,
lalu bersama putranya melanjutkan perjalanan di atas keledai. Lagi-lagi,
terdengar ejekan yang mengatakan bahwa Luqman dan anaknya begitu tega terhadap
keledai.
Akhirnya, mereka
berdua sama-sama turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan. Namun,
mereka kembali diejek dan dianggap bodoh karena memiliki keledai, tetapi tidak
dinaiki. Luqman mengajak anaknya terus berjalan sembari memberi nasihat yang
sangat bijaksana. Ia mengatakan bahwa hidup tidak akan pernah lepas dari
gunjingan orang lain. Jadi orang berakal harus memiliki prinsip, berpendirian
kuat, dan hanya menyandarkan pertimbangan kepada Allah.
Luqman juga
berpesan agar anaknya mencari rezeki yang halal agar tidak menjadi fakir. Orang
fakir akan tertimpa tiga perkara, yakni tipis imannya, lemah akalnya sehingga
mudah tertipu dan terpengaruh, serta hilang kemuliaan hatinya.
Demikianlah, nasihat-nasihat berharga Luqman kepada anaknya. Dengan meneladani sosok ahli hikmah tersebut, kita akan terhindar dari fenomena fatherless, dan meraih profil ayah “best father” yang menghantarkan anak menjadi generasi muslim yang tangguh. [EL]
Kontributor : Ummu Salwa