Minggu, 28 Juli 2024

Best Father Dalam Perspektif Islam


 AMAZING SEDEKAH.COM- Netizen berduka, tatkala Papa Dali dikabarkan meninggal dunia. Selebgram yang bernama asli Dali Wassink itu, mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Sunset Road, Kuta, Badung, Bali. Ayah dari Kamari Sky Wassink itu dijuluki “Best Father” oleh penggemarnya karena kedekatan, perhatian, dan kasih sayang terhadap putri semata wayangnya.

Terlepas dari fakta pro dan kontra layaknya Papa Dali menyandang gelar best father, berdasarkan pengamatan sebagian kalangan, kemungkinan julukan tersebut muncul dari fenomena fatherless di Indonesia. Sesuai namanya, fatherless mengacu pada kurangnya kehadiran ayah dalam pertumbuhan anak, baik secara fisik maupun emosional.

Kebersamaan mendiang Papa Dali bersama putrinya. Foto: Liptan6,com

Sungguh miris, berdasarkan data BPS, yang diolah Kementerian PPPA, menunjukkan ada sebanyak 8,3% anak yang hanya tinggal bersama ibunya pada 2018. Angka itu meningkat sekitar 2-3% dari sembilan tahun sebelumnya. Sementara, ada pula keluarga yang mengalami kondisi sebaliknya, sehingga anak tinggal bersama ayahnya. Persentasenya tercatat sebesar 2,5% pada 2018, atau tiga kali lebih rendah dari anak yang tinggal bersama ibunya. Adapun, data terbaru BPS yang diolah Kementerian PPPA hanya menyebutkan persentase anak yang tidak tinggal bersama kedua orang tuanya, yakni 3,8% pada 2021. Data tersebut tak lagi membedakan antara anak yang tinggal bersama ibu atau ayah kandungnya.

Selain itu, peran ayah dianggap minim dalam pengasuhan anak di Indonesia, karena jarang ada di rumah karena terlalu sibuk mencari nafkah. Akibatnya beban pengasuhan anak hanya ditanggung ibu.

Peran laki-laki dalam keluarga, baik ia sebagai suami ataupun sebagai ayah, memang kerap terlupakan. Tak heran jika ada pihak yang menyudutkan Islam, yang menilai terlalu banyak memberi aturan kepada perempuan. Padahal, sesungguhnya tidak sedikit hadis-hadis Rasul yang mengatur tentang peran ayah dan suami. Ini artinya banyak ladang pahala yang bisa diraih kaum laki-laki baik sebagai suami atau ayah. Sebagaimana banyaknya ladang pahala juga yang diberikan kepada kaum perempuan apakah sebagai ibu atau istri dalam rumah tangga ketika ia melaksanakan aturan-aturan yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan.

Dalam pandangan Islam, seorang ayah pun memiliki peran yang besar dalam membentuk keluarga bahagia dan mewujudkan generasi tangguh sebagaimana pentingnya peran ibu. Laki-laki (suami dan ayah) terbaik menurut Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, di antaranya adalah:

Memperlakukan keluarga dan pasangan dengan baik.

Ilustrasi peran ayah dalam keluarga. Foto: Amazing Sedekah/Canvapro

Banyak hadis Rasulullah saw. yang menjelaskan bagaimana pergaulan beliau dengan keluarganya, di antaranya sabdanya, “Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada keluarganya. Aku adalah yang terbaik di antara kalian dalam memperlakukan keluargaku.”(HR At-Tirmidzi)

Memberi nafkah yang layak bagi istri dan anak-anaknya.

Islam telah memberikan tanggung jawab kepada seorang laki-laki untuk menafkahi orang-orang yang menjadi tanggungannya, termasuk istri dan anak-anaknya. Allah Subhanahu Wa Taala berfirman, “Kewajiban ayah untuk memberi makan dan pakaian kepada para ibu secara layak. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah : 233)

Selalu memperlakukan istri dengan baik.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyebut seorang suami yang memperlakukan istri dengan baik, sebagai orang yang sempurna imannya, sebagaimana sabdanya, “Paling sempurnanya orang-orang beriman yakni orang yang baik akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik pada istrinya.” (HR Tirmidzi)

Dekat dan lemah lembut dengan anak.

Seorang laki-laki harus memenuhi hak istri dan anak-anaknya, melindungi mereka, mengenakan perhiasan akhlak yang mulia, penuh kelembutan, dan kasih sayang terhadap mereka. Sikap lemah lembut ini merupakan rahmat dari Allah Swt. sebagaimana kalam-Nya ketika memuji Rasul-Nya yang mulia, yang artinya, “Karena disebabkan rahmat Allahlah engkau dapat bersikap lemah lembut dan lunak kepada mereka. Sekiranya engkau itu adalah seorang yang kaku, keras, lagi berhati kasar, tentu mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (TQS Ali Imran: 159)

Rasulullah saw. adalah contoh terbaik bagi umat Islam dalam memperlakukan anak-anak dengan baik. Rasulullah memberikan banyak teladan dalam pergaulannya dengan anak-anak.

Dalam Al-Qur’an sendiri tercatat kisah seorang ayah yang spektakuler dan familiar bagi kaum Muslimin. Tiada lain adalah Luqman al-Hakim. Allah Subhanahu Wa Taala mengabadikan namanya menjadi nama salah satu surah dalam Al-Qur’an, yaitu Surah Luqman. Nasihat-nasihat bijaksananya kepada sang anak terdapat pada rangkaian ayat di dalam QS Luqman ayat 12-19, yakni sebagai berikut:

Anjuran bersyukur, ada dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12 berbunyi, "Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji."

Larangan untuk menyekutukan Allah, termaktub dalam Al-Qur’an Surah Luqman ayat 13, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu."

Anjuran berbakti kepada orang tua, terdapat dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 14, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu."

Masih terkait berbakti kepada orang tua, nasihat Luqman ada pada Al-Qur’an surah Luqman ayat 15, “Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan.”

Ada pula penanaman kesadaran kepada anak bahwa manusia selalu berada dalam pengawasan Allah. Ini terdapat dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 16, "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui."

Al-Qur’an Surah Luqman ayat 17, berisi tentang perintah mendirikan sholat, ber-amar ma'ruf nahi munkar, dan anjuran bersabar. "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)."

Ilustrasi peran Ayah mengajari anaknya sholat. Foto: Amazing Sedekah/Canvapro

Larangan bersikap sombong, ada dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 18, "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."

Nasihat agar bersikap tawadhu', termaktub dalam Al-Qur’an Surah Luqman ayat 19, "Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."

Salah satu kisah hikmah dari Luqman yang cukup temasyhur adalah ketika Lukman dan anaknya pergi menuju pasar dengan seekor keledai. Awalnya, Luqman naik ke punggung keledai, sedangkan si anak mengikutinya dengan berjalan kaki.

Luqman dicibir orang, karena membiarkan anaknya berjalan, sedangkan ia naik keledai. Akhirnya, Luqman memilih turun dan menaikkan anaknya ke punggung keledai. Ketika melanjutkan perjalanan, orang kembali nyinyir bahwa sang anak kurang ajar karena membiarkan ayahnya berjalan kaki.

Luqman pun naik, lalu bersama putranya melanjutkan perjalanan di atas keledai. Lagi-lagi, terdengar ejekan yang mengatakan bahwa Luqman dan anaknya begitu tega terhadap keledai.

Akhirnya, mereka berdua sama-sama turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan. Namun, mereka kembali diejek dan dianggap bodoh karena memiliki keledai, tetapi tidak dinaiki. Luqman mengajak anaknya terus berjalan sembari memberi nasihat yang sangat bijaksana. Ia mengatakan bahwa hidup tidak akan pernah lepas dari gunjingan orang lain. Jadi orang berakal harus memiliki prinsip, berpendirian kuat, dan hanya menyandarkan pertimbangan kepada Allah.

Luqman juga berpesan agar anaknya mencari rezeki yang halal agar tidak menjadi fakir. Orang fakir akan tertimpa tiga perkara, yakni tipis imannya, lemah akalnya sehingga mudah tertipu dan terpengaruh, serta hilang kemuliaan hatinya.

Demikianlah, nasihat-nasihat berharga Luqman kepada anaknya. Dengan meneladani sosok ahli hikmah tersebut, kita akan terhindar dari fenomena fatherless, dan meraih profil ayah “best father” yang menghantarkan anak menjadi generasi muslim yang tangguh. [EL]

Kontributor : Ummu Salwa