Minggu, 22 Desember 2024

Menikah Tak Melulu Cinta, Tapi Perlu Syariat-Nya

Kisah Cinta Zainab binti Muhammad

 

AMAZINGSEDEKAH.COM- Murtadnya beberapa artis dan publik figur sungguh mengejutkan publik. Apalagi mengingat sebagian dari mereka ada yang berlatar belakang keluarga agamis. Kebanyakan alasannya karena bucin. Rela meninggalkan Islam demi menikah dengan pasangannya yang beda agama. Ada belasan artis yang kisah murtadnya viral di berbagai media. Salah satu media yang memberitakan mereka bisa dibaca di link berikut ini: https://www.inilah.com/artis-yang-murtad

Sejatinya, cinta adalah fitrah yang dimiliki manusia. Hadirnya cinta tak bisa ditolak. Bisa dikatakan tiap orang berhak jatuh cinta. Hanya saja, ketika cinta diwujudkan dalam bentuk sikap dan perbuatan, apakah manusia dibiarkan bebas tanpa aturan? Jika menyalurkan cinta itu dibebaskan begitu saja atas nama hak asasi, apakah yang akan terjadi? Misalnya, demi bersatu dengan yang dicinta, rela murtad sebagai bukti cinta.

Bucin sampai murtad
Ilustrasi dampak rasa cinta yang tidak didasari syariat Allah Taala, rela murtad. Foto: palinchakjr/canva

Pro kontra soal cinta beda agama sampai detik ini masih ramai diperbincangkan di media sosial. Yang membela cinta beda agama, mempertanyakan mengapa cinta tak bisa bersatu hanya karena keyakinan yang berbeda, padahal Tuhannya Satu. Para pejuang cinta beda agama ini menghalalkan murtad dengan mudahnya. Kalaupun masih ingin berpegang pada agama masing-masing, mereka mengemukakan jalan tengah dengan menggagas pernikahan beda agama. Gagasan tersebut sempat menuai polemik, ditentang banyak kalangan, hingga akhirnya diamini oleh penguasa.

Mirisnya, solusi tersebut tetap rentan, sebab pada akhirnya pernikahan beda agama ini menyebabkan salah satu dari pasangan harus memilih mengikuti agama yang mana, karena dalam pernikahan sesuatu yang sama lebih mudah untuk disatukan terlebih persoalan agama.

Adanya nikah beda agama ini menyebabkan banyaknya kemurtadan, dari Islam ke Kristen karena mengikuti pasangan. Biasanya hal ini terjadi justru di kalangan artis atau publik figur sehingga pernikahan beda agama menjadi hal yang lumrah. Bagi mereka nikah beda agama seolah-olah solusi dalam cinta yang dimiliki satu sama lain, padahal cinta yang suci tidak boleh dikambinghitamkan untuk pelanggaran syariat terutama menjadi alasan seseorang untuk murtad.

Murtad dalam Islam termasuk perkara serius. Murtad merupakan pelanggaran akidah yang berat. Termasuk dosa besar tak terampuni jika tak kunjung bertobat. Sanksi murtad dalam ajaran Islam, jika tiga hari tidak kembali masuk Islam, maka darahnya halal untuk dibunuh. Yang menjatuhkan sanksi adalah imam (khalifah) atau orang yang ditunjuk khalifah untuk mewakilinya. Sayangnya, aturan kehidupan yang melingkupi kita saat ini jauh dari Islam, sehingga persoalan murtad malah dianggap sepele. Bahkan dilindungi dengan alasan hak asasi manusia.

Maka, jika ada yang murtad dari Islam demi menikah dengan nonmuslim, jelas merupakan dosa besar. Terlebih hakikat cinta yang sebenarnya dalam ikatan pernikahan dalam Islam adalah saat mereka mampu sejalan satu tujuan, yaitu menggapai ridho Allah. Menikah sendiri adalah perkara ibadah. Mustahil meraih nilai ibadah dalam pernikahan jika pelakunya murtad.

Kasus pernikahan beda agama sesungguhnya pernah terjadi di masa Rasulullah Shallallahu’alaihiwassalam. Bahkan dialami oleh putri baginda sendiri yaitu, Zainab binti Muhammad yang menikah dengan Abu Al-Ash.  Pernikahan keduanya dilaksanakan sebelum Islam turun ke tanah Arab. Rumah tangga Zainab dan Abu Al-Ash berjalan dengan baik, dan setelah Islam datang, Zainab langsung masuk Islam. Namun, sayangnya saat itu Abu Al-Ash tetap mempertahankan agama nenek moyangnya. Di sinilah cinta antara keduanya diuji karena banyak sekali rintangan mereka dalam pernikahan ini.

Parahnya, Abu Al-Ash menjadi bagian dari tentara Kaum Quraisy di Perang Badar melawan pasukan Muslim. Kekalahan Quraisy pada perang itu menghantarkan Abu Al-Ash berakhir sebagai tahanan perang. Zainab yang sangat mencintai suaminya, dengan tulus menyerahkan kalung pemberian sang ibu—yaitu Siti Khadijah Radhiyallahu anha--sebagai bentuk tebusan untuk suaminya. Akhirnya Abu Al-Ash pun dibebaskan. Tak dinyana, mereka harus berpisah karena sudah tidak berada dalam satu keyakinan.

Meski begitu keduanya saling setia menunggu. Zainab dan Abu Al-Ash sama-sama tidak menikah lagi setelah perpisahan mereka. Hubungan mereka semakin jauh ketika Zainab harus hijrah ke Madinah dan Abu Al-Ash tetap berada di Mekkah. Lalu pada suatu ketika, kafilah dagang Abu Al-Ash dihadang dan diambil sehingga dia tidak memiliki harta lagi dan berlindung ke Madinah. Di sana dia mendatangi Zainab untuk memohon perlindungan. Akan tetapi, saat itu hati Abu Al-Ash belum terketuk dengan Islam.

Cinta dalam Islam
Ilustrasi pengekspresian cinta yang benar adalah dengan jalan pernikahan seiman. Foto: maybeiii/canva

Cahaya hidayah akhirnya menerangi hati Abu Al-Ash pada tahun ke-7 Hijriah. Suatu hari di tahun itu, Abu Al-Ash datang ke Madinah menghadap Rasulullah untuk masuk Islam. Alangkah bahagianya Zainab. Akhirnya, Zainab dan Abu Al-Ash dapat kembali berkumpul dalam ikatan dan keyakinan yang sama.

Kisah cinta beda agama antara Zainab dan Abu Al-Ash, akhirnya bermuara pada keyakinan yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh sangatlah indah. Zainab tetap menjaga keimanannya meski sangat mencintai Abu Al-Ash. Cara Zainab menjaga cinta itu adalah dengan terus mendoakan Abu Al-Ash agar segera mendapatkan hidayah. Putri Rasulullah Shallallahu’alaihiwassalam itu menyadari bahwa jika memaksakan untuk hidup bersama di tengah dua keyakinan yang berbeda justru akan berakhir tak bahagia, di dunia maupun di akhirat, sebab jauh dari ridho Allah.

Itulah bukti cinta sejati. Bukan cinta yang dilandasi hawa nafsu, melainkan cinta yang dilandasi ketaatan kepada Allah. Sebagai mukmin yang berakidah Islam, maka wajiblah kita mengikatkan segala perbuatan sesuai syariat Islam. Termasuk saat kita hendak mewujudkan cinta dalam pernikahan. Ketika cinta bertujuan meraih ridha-Nya, maka cinta akan berakhir happy ending sesuai ketetapan-Nya. Pernikahan beda agama serta menikah dengan mengorbankan Islam hanya akan membawa pada kesengsaraan yang abadi di akhirat nanti. Sungguh rugi orang-orang yang memilih cinta yang seperti itu. Allah menegaskan kerugian tersebut dalam firman-Nya:

وَالْعَصْرِۙ ۝١

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ۝٢

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِࣖ ۝٣

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.”

 

***

Kontributor: Ummu Salwa. Writer, Author, dan Pegiat Literasi Muslimah.