AMAZINGSEDEKAH.COM- Lantunan syair shalawat di bulan maulid masih bergema, membangkitkan cinta kepada Rasulullah dan syariatnya. Sungguh elok jika kita berkaca pada cara para sahabat mencintai Rasulullah Shalallahu’alahiwasallam. Salah satunya adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu’anhu.
Nama asli Abu Bakar adalah Abdul Ka’bah, karena Rasulullah tidak
berkenan dengan nama Abdul Ka’bah yang berarti hamba Ka’bah. Nama beliau
diganti oleh Rasulullah menjadi Abdullah. Namun ia lebih terkenal dengan nama
Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ash-Shiddiq merupakan gelar yang dilekatkan kepada
dirinya karena sifatnya yang sangat percaya terhadap segala sesuatu yang datang
dari Rasulullah. Selain itu, ia berperan besar dalam menarik banyak tokoh-tokoh
masyarakat untuk memeluk Islam, sehingga tokoh-tokoh tersebut juga tercatat
dengan tinta emas dalam sejarah peradaban islam.
Menurut Tarikh Khulafa yang
ditulis oleh Ibrahim Al-Quraibi, Abu Bakar termasuk orang yang pertama masuk
Islam, setelah istri Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam dan Ali bin Abi
Thalib. Masuk Islamnya Abu Bakar diriwayatkan Ibnu Sa'ad dalam ath-Thabaqat
al-Kubra dari Asma' binti Abu Bakar yang menuturkan,"Ayahku masuk Islam,
sebagai muslim pertama. Dan demi Allah aku tidak mengingat tentang ayahku
kecuali ia telah memeluk agama ini."
Begitu masuk Islam, Abu Bakar menginfakkan
hartanya sebanyak 40 ribu dirham di jalan Allah. Ia selalu membela Nabi Shallallahu’alaihiwasallam dalam berdakwah dengan segenap jiwa dan hartanya. Demikian seperti
dijelaskan dalam buku Kisah Masuk Islam Abu Bakar Ash Shidiq, 'Ali bin Abi
Thalib dan Zaid bin Haritsah karya Muhammad Ridha.
Abu Bakar juga orang pertama yang percaya terhadap peristiwa Isra
Miraj. Bahkan, ia percaya sebelum kabar itu diceritakan Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam kepadanya. Dari sinilah kemudian Abu Bakar
mendapatkan gelar As-Siddiq.
Kala itu Abu Bakar didatangi oleh orang-orang kafir Quraisy yang lebih
dulu mendengar kabar peristiwa Isra’ Mi’raj. Mereka hendak mengolok-olok Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam dengan menyampaikan peristiwa itu kepada
Abu Bakar. Semata-mata bertujuan agar Abu Bakar merasa malu karena telah beriman
kepada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam.
Mendengar kisah itu, Abu Bakar justru bertanya, “Apakah Rasulullah
benar berkata demikian?”
“Iya,” jawab mereka. Orang kafir Quraisy itu terus berdebat dan
mengolok-olok dengan mengatakan Abu Bakar tidak waras. Namun, dengan penuh
ketegasan dan keyakinan Abu Bakar menjawab, “Sungguh saya telah membenarkannya
perihal kabar langit (Mi’raj), maka bagaimana mungkin saya mengingkarinya dalam
peristiwa itu (Isra’). Selama (Rasulullah) berkata, maka sungguh dia benar.”
Jawaban sahabat Abu Bakar itu dimaknai oleh para ulama tafsir
bahwa iman yang benar adalah iman yang tidak mempertanyakan apa yang dilakukan
oleh pembawa risalah. Semua percaya dan iman padanya sekali pun di luar akal
(Syekh Mutawalli, Tafsir wa Khawathirul Umam lisy Sya’rawi, [Darul Imam, 1997),
juz I, halaman 2707).
Keimanan Abu Bakar menjadikan dirinya satu-satunya sahabat
Rasulullah yang selalu mendampingi perjuangan sejak Rasulullah diangkat menjadi
nabi. Bahkan saat orang kafir Quraisy ingin membunuh Nabi, Abu Bakar adalah
satu-satunya sahabat yang pergi mendampingi.
Pada tahun 622 Masehi atau 13
tahun pascakenabian, Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam melakukan perjalanan
hijrah. Dalam buku Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 1 yang ditulis oleh Abu
Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, diceritakan betapa bahagianya Abu
Bakar ketika diperbolehkan Rasulullah untuk menemani perjalanan hijrah menuju
Madinah. Nabi Muhammad dan Abu Bakar lalu melakukan perjalanan hijrah secara
sembunyi-sembunyi untuk menghindari kejaran kaum Quraisy.
Kaum Quraisy merasa marah mendengar
kabar tentang banyaknya orang-orang kaum Anshar dan Muhajirin yang telah
memeluk agama Islam. Atas dasar tersebut, mereka sangat mewaspadai keluarnya
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam dari Makkah ke Madinah.
![]() |
Ilustrasi perjalanan beratnya hijrah dari Mekkah ke Madinah. Foto: ASF/Canvapro |
Kaum Quraisy bahkan bersepakat
membuat rencana untuk menyerang, dan telah menyusun rencana untuk membunuh
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam.
Ketika orang-orang kafir dari
kaum Quraisy mengetahui bahwa Nabi Shallallahu’alaihiwasallam dan Abu Bakar RA
sudah pergi dari Makkah, mereka langsung mencari dan menyiapkan hadiah seratus
unta bagi orang yang berhasil menangkap Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam untuk
diserahkan kepada mereka.
Abu Bakar khawatir dan
bersedih, setiap kali ada orang yang akan memburu mereka dalam perjalanan.
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda, "Janganlah engkau
bersedih, karena sesungguhnya Allah bersama kita" lalu beliau melanjutkan
membaca doa " Ya Allah, lindungilah kami dari mereka menurut kehendak-Mu."
Kemuliaan lain yang didapat Abu
Bakar adalah ketika Rasulullah menikahi putrinya, Aisyah. Rasulullah dan Aisyah
menikah tiga tahun setelah istri pertama nabi, yaitu Khadijah wafat pada 619 M.
Pernikahan tersebut terjadi
setelah Nabi mengalami mimpi sebanyak tiga kali. Di dalam mimpi tersebut Nabi
Muhammad diperintah oleh Allah SWT untuk menikahi Aisyah, seorang gadis kecil
yang saat itu masih berusia 6 tahun. Dalam sebuah hadis dijelaskan mengenai
mimpi itu.
“Dari Aisyah, ia berkata
bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda, ‘Aku bermimpi tentangmu
selama tiga malam. Malaikat membawamu dalam sebuah tempat yang terbuat dari
sutera. Malaikat itu kemudian berkata, ‘Ini adalah istrimu.’ Aku buka wajahmu ternyata
engkau di dalamnya. Aisyah berkata, jika ini datang dari Allah, maka akan
berlanjut.”(HR Muslim)
Tatkala kabar wafatnya Rasulullah diumumkan, Abu ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu
baru datang dari Sanh, sebuah daerah dekat Madinah. Ia membuka penutup
wajah Rasulullah dan mencium kening beliau seraya berkata: "Ayah dan ibuku
sebagai tebusan, engkau adalah orang suci baik ketika masih hidup maupun
setelah wafat."
Banyak para sahabat yang tidak percaya dan tidak menerima
kenyataan wafatnya Rasulullah. Bahkan Umar bin Khattab berniat menghunuskan
pedang kepada siapa saja yang berani mengatakan bahwa Rasulullah
Shalallahu’alaihiwasallam telah wafat. Kondisi sangat tidak terkendali, kaum Muslimin
panik.
Pada saat itulah Abu Bakar yang lemah lembut naik ke mimbar, lalu berseru
mengatasi kegelisahan kaum Muslimin. "Siapa saja di antara kalian yang
menyembah Muhammad, maka ketahuilah bahwasanya Muhammad telah meninggal. Dan,
siapa saja di antara kalian yang menyembah Allah, maka ketahuilah bahwasanya
Allah Maha Hidup, tidak akan pernah mati."
Lalu dia membacakan firman Allah Azza wa Jalla:
وَمَا
مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ
شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ
"Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah
berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan
merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang
bersyukur" (QS Ali Imran ayat 144)
Para sahabat pun tersadar, lalu menangis terisak-isak. Mereka
keluar ke jalan-jalan seraya mengulang-ulang ayat tersebut.
Demikianlah betapa kokoh keimanan Abu Bakar, serta sungguh besar
kesetiaan dan kecintaannya kepada Rasulullah. Rasa cinta dibuktikan Abu Bakar
dengan jalan membenarkan dan mengikuti secara totalitas apa pun yang telah
diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam. Tiada keraguan sedikit pun.
Semoga kita terhimpun dalam barisan yang mencintai Allah dan
Rasul-Nya, serta dapat meneladani perjuangan yang dicontohkan oleh Rasulullah
beserta para sahabatnya dalam mengamalkan syariat Allah dan mendakwahkannya.
Aamiin. [EL]
Kontributor: Ummu
Salwa. Writer, Author, Editor, dan Pegiat Literasi Kalsel.