Senin, 23 September 2024

Abu Jandal : Sabar dan Santun Ketika Berbeda Pendapat dengan Ayahnya

Kisah Abu Jandal yang santun kepada ayahnya

 

AMAZINGSEDEKAH.COM- Pertikaian antara artis populer Nikita Mirzani dan putrinya, Laura Meizani alias Lolly, telah menjadi konsumsi publik yang viral dalam minggu-minggu ini. Pertengkaran tersebut mengundang perhatian karena memperlihatkan tindakan yang dianggap tidak pantas oleh banyak netizen, seperti penggunaan kata-kata kasar dan tindakan yang merendahkan orang tua.

Dalam ajaran Islam, anak-anak diajarkan untuk selalu menghormati dan berbuat baik kepada orang tua, bahkan ketika ada perbedaan pendapat. Berikut adalah beberapa sikap yang seharusnya diambil oleh anak saat berkomunikasi dengan orang tua.

Menghormati Orang Tua. Al-Qur’an menekankan pentingnya berbuat baik kepada orang tua. Dalam Surah Al-Isra ayat 23, Allah Subhanahu wa taala berfirman: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia.”

Bersikap Santun dan Sabar. Ketika terjadi perbedaan pendapat, anak harus tetap bersikap santun dan sabar. Tidak boleh membentak atau berkata kasar kepada orang tua. Sepatutnya anak mendengarkan pendapat orang tua dengan baik dan penuh perhatian, sebagai wujud hormat dan penghargaan terhadap mereka.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Ankabut ayat 8 yang artinya: "Kami telah mewasiatkan (kepada) manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beritahukan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan."

Menyampaikan Pendapat dengan Lembut. Jika anak merasa perlu menyampaikan pendapat yang berbeda, lakukanlah dengan cara yang lembut dan penuh hormat. Hindari nada suara yang tinggi atau kasar.

Mendoakan Orang Tua. Selalu mendoakan kebaikan untuk orang tua, baik dalam keadaan setuju maupun tidak setuju dengan pendapat mereka.

Menghindari Perilaku Durhaka. Islam sangat menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua dan menghindari perilaku durhaka. Perilaku durhaka termasuk berbohong, membentak, atau tidak menghormati orang tua.

Kisah Abu Jandal bin Suhail bin Amr adalah salah satu contoh fenomenal dalam sejarah Islam, yang melukiskan sikap seorang anak ketika berbeda pendapat dengan orang tua. Abu Jandal adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam dari kalangan Muhajirin dan seorang putra dari tokoh Quraisy yang bernama Suhail bin Amr bin Abdusya Syams. Kabilahnya adalah Bani Amir sehingga ia dinisbatkan dengan al-Amiri (Ibnu Abdil Bar: al-Isti’ab 4/1621).

Abu Jandal anak yang sopan, patuh, dan sangat disayangi ayahnya. Saat mengetahui Abu Jandal dan kakaknya, Abdullah, memeluk Islam, sang ayah marah besar.

Ketika Abu Jandal dan kakaknya ditanya oleh ayahnya mengapa mereka memeluk Islam dan belajar darimana, mereka menjawab. “Kami belajar dari Engkau wahai Ayahku. Dulu ketika kami kecil, engkau selalu berkata bahwa Muhammad adalah orang yang Jujur, tapi mengapa sekarang tiba-tiba engkau berkata bahwa dia seorang pendusta? Jika perkataanmu tentang Muhammad kemarin itu benar, maka hari ini engkau berdusta. Jika hari ini engkau yang benar, maka kemarin engkau berdusta. Aku percaya kepada Muhammad karena aku yakin engkau bukan pendusta.”

Kisah Abu Jandal
Adegan dalam series Omar memeragakan Abu Jandal dan Kakaknya saat dihukum sang Ayah karena masuk Islam.

Ayahnya gusar dan bergegas memenjarakan dan merantai Abu Jandal. Abu Jandal rela dihukum karena tidak ingin membangkang dan menambah kemarahan sang ayah. Akibatnya, ia termasuk kaum muslimin yang tidak bisa hijrah ke Kota Madinah (Ibnu Saad: ath-Thabaqat al-Kubra 7/405).

Suhail, ayahnya, adalah juru runding Quraisy dalam peristiwa Hudaibiyah. Kelak, saat penaklukkan Kota Mekah, sang ayah memeluk Islam dan menjadi salah seorang sahabat Rasulullah yang sangat baik keislamannya.

Tatkala Perjanjian Hudaibiyah berlangsung, tiba-tiba Abu Jandal bin Suhail muncul dalam keadaan terbelenggu dengan besi. Melihat kedatangan anaknya yang melarikan diri, Suhail bin Amr murka dan langsung menamparnya.

Suhail memiting kerah baju anaknya dengan kasar sambil berkata, “Muhammad, perjanjian antara kami denganmu telah ditetapkan dengan tegas sebelum dia ini datang.”

Nabi menjawab, “Engkau benar.”

Salah satu poin di antara perjanjian Hudaibiyah adalah: “Jika seorang lelaki dari Makkah datang kepadamu (Nabi Shallallahu’alaihiwasallam), walaupun ia telah memeluk Islam, maka engkau harus mengembalikannya kepada kami (Kaum Quraisy).”

Abu Jandal lalu berteriak sekencang-kencangnya, “Hai Kaum Muslimin, apakah aku dikembalikan kepada orang-orang musyrik? Mereka akan berbuat sesuatu agar aku murtad.”

Berhubung kesepakatan telah tercapai, meskipun berat, Rasulullah terpaksa membiarkan sahabatnya kembali ke tengah orang-orang musyrik, beliau tidak mau melanggar perjanjian yang telah disepakati. Beliau hanya mampu berpesan kepada Abu Jandal.

Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah pahala (dari Allah atas ujian yang kau hadapi). Sungguh Allah akan memberikan kebahagiaan dan jalan keluar untuk engkau dan orang-orang yang lemah sepertimu. Mereka telah sepakat membuat perjanjian dan kita tidak mungkin mengkhianatinya.” (Ibnul Atsir: Asadul Ghabah, 6/59).

Ada kisah menarik tentang Abu Jandal setelah Rasulullah tak mampu mengabulkan permintaannya untuk diajak serta ke negeri hijrah Madinah. Ia bersama tujuh puluh orang yang senasib dengannya di Mekah melarikan diri dari tawanan Quraisy. Mereka keluar menunggangi kuda dan bergabung dengan Abul Bashir radhiallahu ‘anhu dan orang-orang dari kabilah Ghifar, Aslam, Juhainah, dan kabilah Arab lainnya yang telah memeluk Islam. Mereka mencegat jalur dagangnya Quraisy dan merepotkan orang-orang kafir Quraisy di Mekah.

Kafir Quraisy Mekah akhirnya mengirim surat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mengajak kelompok Abul Bashir dan Abu Jandal bergabung ke Madinah. Artinya, pihak Quraisy sendiri yang membatalkan salah satu poin dari perjanjian Hudaibiyah.

Rasulullah mengirim surat kepada Abu Jandal dan Abul Bashir agar bergabung bersama saudara-saudaranya kaum muslimin di Madinah dan berhenti menghadang kafilah Quraisy.

Kisah Abu Jandal menunjukkan pelajaran tentang kesabaran seorang anak menghadapi ayahnya, walaupun sang ayah keras menentang Islam. Ia tetap bersikap hormat, sopan, dan tidak membalas dengan kekerasan tatkala berbeda pendapat dengan orang tua.

Patut kita teladani pula, kesabaran luar biasa dari sahabat Abu Jandal, dalam menghadapi cobaan dan tetap taat kepada Allah Subhanahu wa taala, meskipun harus berpisah dengan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam dan para sahabat.

Hikmah lain yang menginspirasi dari kisah Abu Jandal adalah keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa taala akan selalu memberikan pertolongan bagi orang-orang yang teguh dalam keimanan dan bersabar menghadapi segala ujian. [EL]

 

Kontributor: Ummu Salwa. Writer, Author, Editor, dan Pegiat Literasi.

Wakaf Jariyah untuk Mushaf Al-Quran Hafalan para Santri di https://linktr.ee/amazingsedekah