AMAZINGSEDEKAH.COM- Pertikaian antara artis populer Nikita Mirzani dan putrinya, Laura Meizani alias Lolly, telah menjadi konsumsi publik yang viral dalam minggu-minggu ini. Pertengkaran tersebut mengundang perhatian karena memperlihatkan tindakan yang dianggap tidak pantas oleh banyak netizen, seperti penggunaan kata-kata kasar dan tindakan yang merendahkan orang tua.
Dalam ajaran
Islam, anak-anak diajarkan untuk selalu menghormati dan berbuat baik kepada
orang tua, bahkan ketika ada perbedaan pendapat. Berikut adalah beberapa sikap
yang seharusnya diambil oleh anak saat berkomunikasi dengan orang tua.
Menghormati Orang Tua. Al-Qur’an
menekankan pentingnya berbuat baik kepada orang tua. Dalam Surah Al-Isra ayat
23, Allah Subhanahu wa taala berfirman: "Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang
mulia.”
Bersikap Santun dan Sabar. Ketika terjadi
perbedaan pendapat, anak harus tetap bersikap santun dan sabar. Tidak boleh membentak atau berkata kasar kepada orang tua. Sepatutnya anak
mendengarkan pendapat orang tua dengan baik dan penuh perhatian, sebagai wujud hormat dan penghargaan terhadap mereka.
Allah berfirman
dalam Al-Qur’an surah Al-Ankabut ayat 8 yang artinya: "Kami telah
mewasiatkan (kepada) manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya.
Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau
tidak mempunyai ilmu tentang itu, janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya
kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beritahukan kepadamu apa yang selama ini kamu
kerjakan."
Menyampaikan Pendapat dengan Lembut. Jika anak
merasa perlu menyampaikan pendapat yang berbeda, lakukanlah dengan cara yang
lembut dan penuh hormat. Hindari nada suara yang tinggi atau kasar.
Mendoakan Orang Tua. Selalu
mendoakan kebaikan untuk orang tua, baik dalam keadaan setuju maupun tidak
setuju dengan pendapat mereka.
Menghindari Perilaku Durhaka. Islam sangat
menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua dan menghindari perilaku
durhaka. Perilaku durhaka termasuk berbohong, membentak, atau tidak
menghormati orang tua.
Kisah Abu Jandal
bin Suhail bin Amr adalah salah satu contoh fenomenal dalam sejarah Islam, yang
melukiskan sikap seorang anak ketika berbeda pendapat dengan orang tua. Abu
Jandal adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam dari
kalangan Muhajirin dan seorang putra dari tokoh Quraisy yang bernama Suhail bin
Amr bin Abdusya Syams. Kabilahnya adalah Bani Amir sehingga ia dinisbatkan
dengan al-Amiri (Ibnu Abdil Bar: al-Isti’ab 4/1621).
Abu Jandal anak
yang sopan, patuh, dan sangat disayangi ayahnya. Saat mengetahui Abu Jandal dan
kakaknya, Abdullah, memeluk Islam, sang ayah marah besar.
Ketika
Abu Jandal dan kakaknya ditanya oleh ayahnya mengapa mereka memeluk Islam dan
belajar darimana, mereka menjawab. “Kami belajar dari Engkau wahai Ayahku. Dulu
ketika kami kecil, engkau selalu berkata bahwa Muhammad adalah orang yang
Jujur, tapi mengapa sekarang tiba-tiba engkau berkata bahwa dia seorang
pendusta? Jika perkataanmu tentang Muhammad kemarin itu benar, maka hari ini
engkau berdusta. Jika hari ini engkau yang benar, maka kemarin engkau berdusta.
Aku percaya kepada Muhammad karena aku yakin engkau bukan pendusta.”
![]() |
Adegan dalam series Omar memeragakan Abu Jandal dan Kakaknya saat dihukum sang Ayah karena masuk Islam. |
Ayahnya gusar dan
bergegas memenjarakan dan merantai Abu Jandal. Abu Jandal rela dihukum karena
tidak ingin membangkang dan menambah kemarahan sang ayah. Akibatnya, ia termasuk
kaum muslimin yang tidak bisa hijrah ke Kota Madinah (Ibnu Saad: ath-Thabaqat
al-Kubra 7/405).
Suhail, ayahnya,
adalah juru runding Quraisy dalam peristiwa Hudaibiyah. Kelak, saat penaklukkan
Kota Mekah, sang ayah memeluk Islam dan menjadi salah seorang sahabat
Rasulullah yang sangat baik keislamannya.
Tatkala
Perjanjian Hudaibiyah berlangsung, tiba-tiba Abu Jandal bin Suhail muncul dalam
keadaan terbelenggu dengan besi. Melihat kedatangan anaknya yang melarikan
diri, Suhail bin Amr murka dan langsung menamparnya.
Suhail memiting
kerah baju anaknya dengan kasar sambil berkata, “Muhammad, perjanjian antara
kami denganmu telah ditetapkan dengan tegas sebelum dia ini datang.”
Nabi menjawab, “Engkau
benar.”
Salah satu poin
di antara perjanjian Hudaibiyah adalah: “Jika seorang lelaki dari Makkah datang
kepadamu (Nabi Shallallahu’alaihiwasallam), walaupun ia telah memeluk Islam,
maka engkau harus mengembalikannya kepada kami (Kaum Quraisy).”
Abu Jandal lalu berteriak
sekencang-kencangnya, “Hai Kaum Muslimin, apakah aku dikembalikan kepada
orang-orang musyrik? Mereka akan berbuat sesuatu agar aku murtad.”
Berhubung
kesepakatan telah tercapai, meskipun berat, Rasulullah terpaksa membiarkan
sahabatnya kembali ke tengah orang-orang musyrik, beliau tidak mau melanggar
perjanjian yang telah disepakati. Beliau hanya mampu berpesan kepada Abu Jandal.
“Abu Jandal,
bersabarlah dan berharaplah pahala (dari Allah atas ujian yang kau hadapi).
Sungguh Allah akan memberikan kebahagiaan dan jalan keluar untuk engkau dan
orang-orang yang lemah sepertimu. Mereka telah sepakat membuat perjanjian dan
kita tidak mungkin mengkhianatinya.” (Ibnul Atsir: Asadul Ghabah, 6/59).
Ada kisah menarik
tentang Abu Jandal setelah Rasulullah tak mampu mengabulkan permintaannya untuk
diajak serta ke negeri hijrah Madinah. Ia bersama tujuh puluh orang yang
senasib dengannya di Mekah melarikan diri dari tawanan Quraisy. Mereka keluar
menunggangi kuda dan bergabung dengan Abul Bashir radhiallahu ‘anhu dan
orang-orang dari kabilah Ghifar, Aslam, Juhainah, dan kabilah Arab lainnya yang
telah memeluk Islam. Mereka mencegat jalur dagangnya Quraisy dan merepotkan orang-orang
kafir Quraisy di Mekah.
Kafir Quraisy
Mekah akhirnya mengirim surat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
agar mengajak kelompok Abul Bashir dan Abu Jandal bergabung ke Madinah.
Artinya, pihak Quraisy sendiri yang membatalkan salah satu poin dari perjanjian
Hudaibiyah.
Rasulullah
mengirim surat kepada Abu Jandal dan Abul Bashir agar bergabung bersama
saudara-saudaranya kaum muslimin di Madinah dan berhenti menghadang kafilah
Quraisy.
Kisah Abu Jandal menunjukkan pelajaran tentang
kesabaran seorang anak menghadapi ayahnya, walaupun sang ayah keras menentang
Islam. Ia tetap bersikap hormat, sopan, dan tidak membalas dengan kekerasan
tatkala berbeda pendapat dengan orang tua.
Patut kita teladani pula, kesabaran luar biasa dari
sahabat Abu Jandal, dalam menghadapi cobaan dan tetap taat kepada Allah Subhanahu
wa taala, meskipun harus berpisah dengan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam
dan para sahabat.
Hikmah lain yang menginspirasi dari kisah Abu Jandal
adalah keyakinan bahwa Allah Subhanahu wa taala akan selalu memberikan
pertolongan bagi orang-orang yang teguh dalam keimanan dan bersabar menghadapi
segala ujian. [EL]
Kontributor: Ummu
Salwa. Writer, Author, Editor, dan Pegiat Literasi.
Wakaf Jariyah untuk Mushaf Al-Quran Hafalan para Santri di https://linktr.ee/amazingsedekah