Minggu, 22 September 2024

Susu Ikan dan Ketahanan Pangan

Susu Ikan dan Katahanan Pangan

 

AMAZINGSEDEKAH.COM- Topik susu ikan akhir-akhir ini menjadi perbincangan ramai di media sosial. Hal tersebut bermula saat susu ikan disebut-sebut sebagai alternatif susu sapi untuk program makan bergizi gratis dari presiden terpilih baru-baru ini. Harapannya, dengan memberikan makan siang dan susu gratis, stunting dapat teratasi sehingga kualitas sumber daya manusia meningkat, juga mampu meningkatkan ketahanan pangan.

Melansir laman Kementerian KKP, susu ikan adalah produk inovasi yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi UKM (Kemenkop UKM). Susu itu diluncurkan pada Agustus tahun 2023.

Penyediaan makan siang untuk anak sekolah
Makan siang gratis untuk anak sekolah negeri menjasi salah satu daya tarik kampanye pilpres 2024. Foto: ASF/Canvapro

Susu ikan bukanlah susu sebagaimana yang didefinisikan oleh Codex Alimentarius Commissions yang dibentuk oleh FAO dan WHO. Susu hakikatnya adalah cairan yang keluar dari hewan mamalia dan diperoleh dari pemerahan tanpa penambahan bahan lainnya. Sementara susu ikan dibuat dengan proses ekstraksi protein dari daging ikan untuk menghasilkan konsentrat protein. Konsenstrat ini nantinya dicampur dengan berbagai bahan lain untuk menciptakan tekstur dan rasa yang mirip dengan susu.

Media asing The Sydney Morning Herald menyoroti soal dampak kesehatan dari susu ikan dan apakah bisa tetap mempertahankan nilai gizi dan nutrisi yang terkandung dalam susu sapi. Media ini juga menyoroti besarnya dana yang dibutuhkan hanya untuk menyukseskan program itu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan defisit anggaran 2,45-2,82 persen untuk APBN 2025 atau naik dari defisit 2024. Salah satu penyebabnya adalah program makan siang gratis yang diperkirakan menelan anggaran sekitar 450 Trilyun rupiah setahun. Pada faktanya, anggaran yang ditetapkan hanya sebesar 71 Triliun dari APBN 2025, jauh lebih kecil dari prakiraan awal sebesar 450 Triliun.

Kebijakan tersebut telah menimbulkan perdebatan di tengah masyarakat. Pasalnya negeri ini masih gagal mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan di tengah sumber daya pangan yang melimpah. Belum lagi tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia yang membuat masyarakat sulit mengakses makanan halal dan thayyib.

Menurut data terbaru Badan Pusat Statistik, persentase penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 9,36 persen atau sebesar 25,9 juta orang. Berdasarkan data dari World Food Programme, separuh masyarakat di Indonesia bagian timur kesulitan mengakses makanan sehat. Mahalnya harga pangan menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan malnutrisi, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Kecenderungan mengonsumsi makanan instan juga dipicu oleh harga makanan sehat yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam dan Myanmar

Masyarakat kesulitan mendapatkan makanan sehat
Ilustrasi mahalnya harga bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat. Foto: ASF/Canvapro

Bagi kaum Muslim mengonsumsi makanan halal dan thoyyib, menjadi persoalan yang sangat penting. Islam sebagai agama yang sempurna, memiliki pemecahan yang detail terhadap problem ini. Mulai dari cara memperoleh makanan tersebut, memilih makanan yang halal dan thoyyib, serta bagaimana tata cara makan sesuai yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam. Semua bertujuan agar makanan dan minuman tersebut berkah, menjadikan tubuh sehat lahir batin dan kuat.

Makanan halal berarti makanan yang diperbolehkan dalam syariat Islam, selain makanan yang diharamkan. Adapun thayyib berarti makanan tersebut baik, bermutu, dan tidak membahayakan kesehatan.

Makanan halal dan thoyyib, ada yang halal secara zatnya, meliputi semua makanan yang bermanfaat bagi kesehatan, kecuali babi, anjing, hewan bertaring, hewan berkuku tajam, binatang menjijikkan, bangkai (selain ikan), dan kotoran yang dinajiskan.

Memperoleh makanan halal dan thoyyib tidak boleh dengan cara yang batil atau tidak sah, seperti mencuri, merampok, korupsi, riba, atau cara-cara lain yang terlarang dalam Islam..

Cara mengolah makanan halal dan thoyyib, yaitu dengan menggunakan alat dan bahan yang bersih dan suci. Hindari penggunaan bahan-bahan yang haram atau najis dalam proses pengolahan. Apabila hendak makan daging sembelihan, wajib menyebut nama Allah sebelum menyembelihnya dengan prosedur sesuai syariat.

Kita juga harus memastikan proses pengolahan makanan dilakukan dengan cara yang higienis dan sehat. Serta menghindari kontaminasi silang dengan bahan-bahan yang haram atau najis. Jika ada keraguan tentang kehalalan suatu makanan, lebih baik menghindarinya.

Islam juga memiliki solusi agar masyarakat dapat mengonsumsi makanan halal dan thoyyib dengan mudah. Pertama, negara dalam Islam, wajib menjamin kesejahteraan masyarakat dengan jalan  memberikan kemudahan dalam memperoleh bahan pangan. Negara akan memastikan harga pangan tetap stabil dan terjangkau oleh masyarakat. Juga mengentaskan kemiskinan individu per individu rakyat, bukan kolektif.

Kedua, negara membuat mekanisme agar industri makanan dan minuman tetap menjaga kadar bahan makanan, tidak mengandung bahan yang haram dan berbahaya.

Ketiga, negara memberikan edukasi agar masyarakat selektif dalam memilih makanan dan minuman, bukan saja halal, tetapi juga thoyyib, tidak berbahaya bagi kesehatan organ tubuh. Allah Subhanahu wa taala berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 168, “Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata.

Keempat, Islam menetapkan bahwa negara harus menindak tegas para pelaku industri atau pelaku usaha, pedagang atau siapa pun tanpa terkecuali, yang berani berbuat curang. Kecurangan itu seperti memasukkan zat berbahaya pada makanan minuman supaya murah, tapi tetap untung besar. Negara akan memberikan sanksi yang membuat mereka jera.

Kelima, negara dalam Islam akan memberikan kemudahan pelayanan kesehatan secara murah bahkan gratis. Sehingga masyarakat dapat melakukan pengecekan kadar gula darah, kolesterol, dan lainnya secara berkala. Bagi yang memerlukan tindakan seperti cuci darah akibat gagal ginjal atau penyakit lain yang sifatnya urgen, maka diberikan prioritas.

Demikianlah, dalam Islam, negara menjamin masyarakat agar tidak kesulitan dalam mendapatkan makanan minuman yang halal dan thoyyib. Dengan begitu, ketahanan pangan terwujud dan masyarakat Islam secara lahiriah maupun batiniahnya akan selalu terjaga kesehatannya. Seluruh rakyat mampu menjalankan aktivitas ibadah maupun muamalah secara maksimal. Kebahagiaan tersebut hanya tercipta lewat penerapan syariah secara kafah. [EL].

 

 

Kontributor: Ummu Salwa. Writer, Author, Editor, dan Pegiat Literasi.