AMAZINGSEDEKAH.COM- Topik susu ikan akhir-akhir ini menjadi perbincangan ramai di media sosial. Hal tersebut bermula saat susu ikan disebut-sebut sebagai alternatif susu sapi untuk program makan bergizi gratis dari presiden terpilih baru-baru ini. Harapannya, dengan memberikan makan siang dan susu gratis, stunting dapat teratasi sehingga kualitas sumber daya manusia meningkat, juga mampu meningkatkan ketahanan pangan.
Melansir laman
Kementerian KKP, susu ikan adalah produk inovasi yang digagas oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi UKM (Kemenkop UKM).
Susu itu diluncurkan pada Agustus tahun 2023.
![]() |
Makan siang gratis untuk anak sekolah negeri menjasi salah satu daya tarik kampanye pilpres 2024. Foto: ASF/Canvapro |
Susu ikan
bukanlah susu sebagaimana yang didefinisikan oleh Codex Alimentarius
Commissions yang dibentuk oleh FAO dan WHO. Susu hakikatnya adalah cairan yang
keluar dari hewan mamalia dan diperoleh dari pemerahan tanpa penambahan bahan
lainnya. Sementara susu ikan dibuat dengan proses ekstraksi protein dari daging
ikan untuk menghasilkan konsentrat protein. Konsenstrat ini nantinya dicampur
dengan berbagai bahan lain untuk menciptakan tekstur dan rasa yang mirip dengan
susu.
Media asing The
Sydney Morning Herald menyoroti soal dampak kesehatan dari susu ikan dan apakah
bisa tetap mempertahankan nilai gizi dan nutrisi yang terkandung dalam susu
sapi. Media ini juga menyoroti besarnya dana yang dibutuhkan hanya untuk
menyukseskan program itu.
Menteri Keuangan
Sri Mulyani mengungkapkan defisit anggaran 2,45-2,82 persen untuk APBN 2025
atau naik dari defisit 2024. Salah satu penyebabnya adalah program makan siang
gratis yang diperkirakan menelan anggaran sekitar 450 Trilyun rupiah setahun. Pada
faktanya, anggaran yang ditetapkan hanya sebesar 71 Triliun dari APBN 2025,
jauh lebih kecil dari prakiraan awal sebesar 450 Triliun.
Kebijakan tersebut
telah menimbulkan perdebatan di tengah masyarakat. Pasalnya negeri ini masih
gagal mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan di tengah sumber daya pangan
yang melimpah. Belum lagi tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia yang
membuat masyarakat sulit mengakses makanan halal dan thayyib.
Menurut data terbaru Badan Pusat Statistik, persentase penduduk miskin pada
Maret 2023 sebesar 9,36 persen atau sebesar 25,9 juta orang. Berdasarkan data dari World Food
Programme, separuh masyarakat di Indonesia bagian timur kesulitan mengakses
makanan sehat. Mahalnya harga pangan menjadi salah satu faktor utama yang
menyebabkan malnutrisi, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Kecenderungan mengonsumsi makanan instan juga dipicu oleh
harga makanan sehat yang jauh lebih mahal dibandingkan dengan negara tetangga
seperti Vietnam dan Myanmar
![]() |
Ilustrasi mahalnya harga bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat. Foto: ASF/Canvapro |
Bagi kaum Muslim
mengonsumsi makanan halal dan thoyyib, menjadi persoalan yang sangat penting.
Islam sebagai agama yang sempurna, memiliki pemecahan yang detail terhadap
problem ini. Mulai dari cara memperoleh makanan tersebut, memilih makanan yang
halal dan thoyyib, serta bagaimana tata cara makan sesuai yang dicontohkan
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam. Semua bertujuan agar makanan dan minuman
tersebut berkah, menjadikan tubuh sehat lahir batin dan kuat.
Makanan halal dan thoyyib, ada yang halal secara zatnya,
meliputi semua makanan yang bermanfaat bagi kesehatan, kecuali babi, anjing,
hewan bertaring, hewan berkuku tajam, binatang menjijikkan, bangkai (selain
ikan), dan kotoran yang dinajiskan.
Memperoleh makanan halal dan thoyyib tidak boleh dengan cara yang batil atau tidak sah, seperti mencuri,
merampok, korupsi, riba, atau cara-cara lain yang terlarang dalam Islam..
Cara mengolah makanan halal dan thoyyib, yaitu dengan
menggunakan alat dan bahan yang bersih dan suci. Hindari penggunaan bahan-bahan yang haram atau najis dalam proses
pengolahan. Apabila hendak makan daging
sembelihan, wajib menyebut nama Allah sebelum menyembelihnya dengan prosedur
sesuai syariat.
Kita juga harus memastikan proses pengolahan makanan
dilakukan dengan cara yang higienis dan sehat. Serta menghindari kontaminasi silang dengan bahan-bahan yang haram atau najis. Jika ada keraguan tentang kehalalan suatu makanan,
lebih baik menghindarinya.
Islam juga memiliki
solusi agar masyarakat dapat mengonsumsi makanan halal dan thoyyib dengan
mudah. Pertama, negara dalam
Islam, wajib menjamin kesejahteraan masyarakat dengan jalan memberikan kemudahan dalam memperoleh bahan
pangan. Negara akan memastikan harga pangan tetap stabil dan terjangkau oleh
masyarakat. Juga mengentaskan kemiskinan individu per individu rakyat, bukan
kolektif.
Kedua, negara membuat mekanisme
agar industri makanan dan minuman tetap menjaga kadar bahan makanan, tidak
mengandung bahan yang haram dan berbahaya.
Ketiga, negara memberikan
edukasi agar masyarakat selektif dalam memilih makanan dan minuman, bukan saja
halal, tetapi juga thoyyib, tidak berbahaya bagi kesehatan organ tubuh. Allah Subhanahu
wa taala berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 168, “Wahai
manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah
mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang
nyata.”
Keempat, Islam
menetapkan bahwa negara harus menindak tegas para pelaku industri atau pelaku
usaha, pedagang atau siapa pun tanpa terkecuali, yang berani berbuat curang. Kecurangan
itu seperti memasukkan zat berbahaya pada makanan minuman supaya murah, tapi
tetap untung besar. Negara akan memberikan sanksi yang membuat mereka jera.
Kelima, negara dalam
Islam akan memberikan kemudahan pelayanan kesehatan secara murah bahkan gratis.
Sehingga masyarakat dapat melakukan pengecekan kadar gula darah, kolesterol,
dan lainnya secara berkala. Bagi yang memerlukan tindakan seperti cuci darah
akibat gagal ginjal atau penyakit lain yang sifatnya urgen, maka diberikan
prioritas.
Demikianlah,
dalam Islam, negara menjamin masyarakat agar tidak kesulitan dalam mendapatkan
makanan minuman yang halal dan thoyyib. Dengan begitu, ketahanan pangan
terwujud dan masyarakat Islam secara lahiriah maupun batiniahnya akan selalu
terjaga kesehatannya. Seluruh rakyat mampu menjalankan aktivitas ibadah maupun
muamalah secara maksimal. Kebahagiaan tersebut hanya tercipta lewat penerapan
syariah secara kafah. [EL].
Kontributor: Ummu Salwa. Writer, Author, Editor, dan Pegiat Literasi.